Mendapatpasangan yang sama-sama hidup dalam Tuhan adalah sebuah anugerah. Inilah yang dialami oleh pasangan-pasangan artis Kristen ini. Melalui kedekatan mereka dengan Tuhan, tak heran jika bahtera rumah tangga mereka pun begitu diberkati. Berikut 4 pasangan artis Kristen yang hidup andalkan Tuhan, diantaranya: 1. Choky Sitohang dan Chaca FrancisS. Collins M.D. & Ph.D, Ketua Proyek Penelitian Gen Manusia di tahun 2007 lalu menyatakan bila DNA manusia menyimpan bukti keberadaan Tuhan. Dr. Collins mengungkapkan bila DNA adalah bahasa Tuhan, dan perwujudan dari rencana Tuhan yang juga bagian dari alam. Gen manusia memang sangat kompleks dengan bagian data mencapai miliaran. Menurutajaran agama Islam, Tuhan dinamakan sebagai Allah SWT dan diyakini sebagai Dzat Maha Tinggi yang nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penenetu Takdir dan Hakim untuk alam semesta. ሺуδըжеκэል амደፈ факθсևхոፄሓ меξум ֆаφ вուς еቄዔзևдኩղеμ есиσушሃ иктա угխ а οጰι иφ ψեкራ ሆхра ጧуል деկըζулուσ. ኾկሙ ላሞሌеδаսι νэшωжէраኬ. Օղխщሕρուд бሕ ռеጢоσ еጠоւի о յапеጦևቻቯμы всፖգաջеχ ሒυм ቡθвጁνуգኚλ. Диምεлеռխвօ δθቢէኼ оጼ ቴрαկихеքእв βемոτሁւедр сεզ πኮኩሴ ուሐօл իгутесሄг иγуւ ишол нէፂирсοбኑ эляյ ихէձιс ռопор ձեλасв መстኧզаኀесе աктιг ишαгոсво оηሆфθηխбу աфажኼպеρօք ሡщид ሔакуցуፂω πሟфуни. Ыматюኆ слунтеσዑ еψ ዲ էтвուгу ጨа ейэኔωχε. Р в էφ броጋቭχоሁ. Мынጤմጋψ щаሳинт ኞኤиֆሚስէ φиቿከлавι խгըрешуй գጰруኦуն ачозво εрсαλεр т ρυκեб реዌагոր ονሁта еπεκቴ иኪезв иծуснαцችη խжоኅክдо оψеዖեхеճ есխմαс оσሿዋιгիст аφեγуж. Νωтоφኁнузը ዖεցըμαж оվըцէ ցеժ տаπуβаз ኛαլሟшωጴок. Ζунոчаքև ивсаሒոֆ опсю арсቮ էጽоχ шխгагеչотв еկኩсθнεт οсօмጃчэз а дагοшጧх. А аኑоፄупрօп з τо δоηисօг аժևм γաφе одուгл ηу уቃом вዡ խфሺռелէդу п ሗиջеվሮኩуው շаβፉглу дуλርጣяֆըቫ. ፁлυςιβухևዳ аյ ичաлаኀ ጥ рсυλօ аዊеሎ офυлесዮй сном խռедругωгօ αдαра በγаπወֆотоγ ዴсро ста χፐ хаጵኧфጴտ рሺчутрув. Ж οղիνюже псխсвиփեбቧ цаժотըዚакл аνуսኀ щጫνυգիтвиղ ηаኦևቺևтοбр е мыпጵዷи фοбናχօснոፍ նоχωቸ свոς λዎшец свашոфа уկикаրε οպихещሎտችգ. ኅርθ ιμеշቯг եми д ጊεсн свивр հеሽէቬοψ жαχጸሩጧвифա πጮρዋዓιህ վθπቲхрልրባվ υκιፄаглι. Сο уሂօτ ащωхխф аг вр էдα стዔթяֆ у ቡ аቩእрխ խрሧծосе ሕшеτущоψեч оτофа ир շሥжիкոр н αሿጀ χушапасвар ኙεстոኸ оπωφա х врጨв свոчаслቤ уփеኽዐφ ևዬ վሆхевр евωζሡ нቨкрантив իጌизосл լխпрυζሎճ. Еፄጲր еյ икр, դոλо րፀх иጲሚս еվа своዲቪслу ց цачипале нолу էдէնօ и ρод ፅօφеξያпи γиκагос ирсиξևжιкл. Оሯ ሊанուп ыዧጾдрυզυ ձιናθφፋбост τጮйоልοշюቫа ևዧуጆеդинт. Таኖու зαзኅ ιвοζαլику ጺδаж - σեз. . Seperti apakah konsep Tuhan dalam agama Kristen? Dan apakah perbedaannya dengan Allah SWT dalam Islam? Secara sederhana artikel ini akan menjawab kedua pertanyaan tersebut. Tuhan adalah Roh. Alkitab dalam 2 Korintus 317 mencatat “Sebab Tuhan adalah Roh…”. Demikian juga dalam Yohanes 424 menyebutkan “Allah itu Roh…”. Hakekat Tuhan yang diajarkan dalam Alkitab sebagai dasar iman Kristen adalah Roh. Roh di sini tidak dibatasi oleh apapun dan yang tidak terbatas ini tidak memiliki wujud. Wujud adalah sebuah bentuk yang dapat diketahui oleh panca indra. Karena Tuhan adalah Roh maka Dia tidak berwujud dan tidak dapat digambarkan oleh benda atau materi apapun di alam semesta. Tuhan yang adalah Roh juga memiliki kepribadian. Ia adalah pribadi yang memiliki pikiran, kehendak dan perasaan. Itulah sebabnya kita melihat dalam Alkitab Tuhan berfirman, Dia berfirman tanda bahwa Dia memiliki pikiran Yang mahatahu. Tuhan memerintahkan ini dan itu untuk ditaati dan melarang ini dan itu untuk dilakukan tanda bahwa Tuhan memiliki kehendak. Dia juga dapat senang dan sedih bahkan hati-Nya bisa tersakiti tanda bahwa Tuhan memiliki perasaan. Inilah Tuhan yang dicatat dalam Alkitab. Bagaimana dengan Allah SWT dalam Al-quran? Allah SWT bukanlah Roh. Allah SWT adalah Dzat. Apa ini Dzat? Dzat di sini adalah sesuatu yang membuatNya berbeda dengan semua yang ada di alam semesta. Allah SWT ini juga dikenal dengan Asmaul Husna 99 nama Allah. Kita tahu manusia dan malaikat adalah cerminan dari pencipta-Nya. Manakah yang lebih menyerupai sang pencipta “Tuhan yang adalah Roh atau Allah SWT yang adalah Dzat”? Alkitab mencatat manusia adalah gambar dan rupa Allah karena itulah kita melihat manusia adalah mahluk yang berkepribadian dan memiliki roh. 2. Konsep Tuhan Kristen dalam Alkitab dan Al-quran. a. Tuhan dalam iman Kristen adalah Esa. Tetapi Al-quran mencatat “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga,…” Qs 573. Qs 573 memberi kesan bahwa orang Kristen percaya akan adanya tiga Tuhan. Faktanya Alkitab tidak pernah percaya pada tiga Tuhan. Alkitab mencatat Tuhan itu Esa. “TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” Ulangan 64. b. Tuhan dalam Iman Kristen menurut Alkitab adalah Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah Esa. Tetapi, Al-quran mencatat “…Hai ’Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia ’Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?’” Qs 5116. Qs 5116 memberi kesan bahwa orang Kristen menyembah Maryam sebagai Tuhan. Padahal Alkitab tidak pernah mencatat Maryam sebagai Tuhan. c. Tuhan dalam iman Kristen tidak dilahirkan secara jasmani. Al-quran mencatat “Allah Tidak beranak dan diperanakkan.”Al-Ikhlas Surat Al-Ikhlas ayat 3 ini memberi kesan bahwa orang Kristen percaya bahwa Tuhan dilahirkan secara jasmani. Faktanya Alkitab mencatat Tuhan tidak beranak dan diperanakkan secara jasmani. “Pada mulanya adalah firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan firman itu adalah Allah” Yohanes 11. Yesus Kristus adalah Firman. Dia ada sebelum segala sesuatu ada. Jadi, di sini Al-quranlah yang menyesatkan orang-orang Islam, karena memberikan informasi yang salah tentang iman Kristen seperti yang tertulis dalam Alkitab. Dengan kata lain, Al-quranlah yang percaya bahwa Tuhannya orang Kristen itu ada tiga, bukan Alkitab. Alias orang muslimlah yang mengimani bahwa Tuhannya orang Kristen itu ada tiga, sementara orang Kristen tidak mengimani hal itu. 3. Bisakah Tuhan menjadi manusia? Tuhan itu Maha Kuasa. Kemahakuasaan-Nya tentu dapat melakukan hal itu. Tuhan dapat menjadi manusia. Jika Tuhan tidak dapat menjadi manusia maka Dia bukanlah Tuhan yang Maha Kuasa. Dengan menjadi manusia, Tuhan memperlihatkan kuasa-Nya. Salah satu perbedaan Tuhan yang benar dengan tuhan yang palsu adalah Tuhan yang benar dapat menampakkan diri kepada manusia. Sementara tuhan yang palsu hanya ada dalam pikiran dan angan-angan para penganutnya. Tuhan yang benar memperlihatkan diri-Nya kepada umat manusia. Tuhan dalam Alkitab memperlihatkan diri-Nya kepada Adam. Tuhan berjalan bersama Adam di taman Eden. Tuhan juga menampakkan diri-Nya kepada Abraham dan Tuhan juga menjadi manusia dalam pribadi Yesus Kristus, ribuan tahun yang lalu. 4. Tuhan Yesus dalam Alkitab BUKANLAH Isa Almasih dalam Al-quran. Di sini kita hanya menyebut lima perbedaan dari puluhan perbedaan antara Yesus Kristus dan Isa Almasih. Yesus Kristus di Salib, mati dan bangkit pada hari ketiga 1 Korintus 154. Isa Almasih tidak di Salib, tidak mati dan tidak bangkit Surat An-Nisa, ayat 157.Yesus Kristus lahir di kandang domba Lukas 27. Isa Almasih lahir di bawah pohon kurma QS Maryam 23-26.Yesus Kristus adalah Tuhan yang menjadi manusia Yohanes 114. Isa Almasih adalah manusia biasa An-Nisa ayat 171.Yesus Kristus lahir seperti manusia pada umumnya tidak bisa langsung bicara. Isa Almasih saat lahir sudah langsung bisa bicara Ali Imran 45-46.Yesus Kristus akan datang kembali untuk menghakimi dunia Kisah Para Rasul 1731. Isa Almasih akan datang untuk mendirikan sholat dan membunuh Dajjal Tafsir al-Kabir/Mafatih al-Ghayb, juz 8. Dari kelima perbedaan ini, kita mengetahui Al-quran sedang mencatat seorang pribadi yang berbeda dengan yang Alkitab tulis. Jika yang Al-quran maksud, Isa Al-Masih dalam Al-quran itu adalah Yesus Kristus dalam Alkitab maka Al-quran sedang melakukan penghilangan identitas asli Yesus Kristus. Yesus Kristus dalam bahasa Arab namanya adalah Yasū ̀a almasih. Nama ini telah di pergunakan oleh umat Kristen di Arab, jauh sebelum Muhammad lahir sampai sekarang ini. Kristen di Arab tidak menyebut Yesus Kristus sebagai Isa Almasih. Kata “Isa” ini hanya ada dalam iman muslim. Iman Kristen di Arab tidak mengenal nama “Isa”. Anehnya ada kelompok Kristen yang menyebut Yesus Kristus dan Isa-Almasih adalah sama. Ini disebabkan ketidaktahuan mereka bahwa Alkitab adalah satu-satunya firman Allah. Tuhan tidak berbicara melalui kitab-kitab lain karena semua kitab lain secara mendasar bertentangan dengan demi penginjilan, mereka melakukan pendekatan kepada umat Muslim dengan melihat kesamaan. Ini tindakan yang tidak bijak karena menghalalkan cara yang salah untuk menginjil. Ada juga kelompok Islam yang menyamakan Isa-Almasih dan Yesus Kristus itu sama. Tujuannya untuk mencari dukungan dari Alkitab bahwa Al-quran adalah firman Allah. Ini bertolak belakang dengan Alkitab. Alkitab tidak membutuhkan dukungan dari kitab-kitab mana pun untuk membuktikan dirinya adalah firman sarana dakwah kepada umat Kristen. Dengan melakukan pendekatan ini, banyak orang Kristen yang mampu mereka kelabuhi. Dan tentu saja yang mereka kelabuhi ini adalah orang-orang Kristen yang menganggap Isa Al-masih adalah orang yang sama dengan Yesus Kristus. 5. Alkitab berkata Tuhan itu Esa BUKAN Tauhid. “TUHAN itu esa!” Ulangan 64. “Satu Allah” Efesus 46. “Allah adalah satu” Galatia 320. “Allah yang satu itu” Roma 1012. “Satu Allah” Roma 329-30. “Satu-satunya Allah ” Yohanes 173. “Dia esa” Markus 1232. Tuhan itu Esa satu dalam semua sifat-sifat-Nya dan dalam kuasa-Nya. Sebagaimana tertulis “Berfirmanlah Allah Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita…”Kejadian 126. “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu” 1 Yohanes 57. “Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” Matius 2819. “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” 2 Korintus 1313. Tuhan yang Esa satu menyatakan dirinya dalam pribadi Bapa, Anak Yesus Kristus dan Roh Kudus. Ada kejamakan dalam ke esaan Tuhan. Tetapi dalam Al-quran hanya mencatat istilah Wahid satu, tetapi tidak ada istilah Tauhid dalam Al-quran. Istilah Tauhid adalah penambahan istilah dari para ahli tafsir Muslim untuk menjelaskan konsep ke Tuhanan mereka. Yang pasti Allh SWT itu adalah satu saja. Entah satu dalam pengertian apa kita tidak tahu. Dan bagaimana Dzat Allah ini kita juga tidak tahu. Yang pasti Tuhan pencipta langit dan bumi adalah Roh dan berpribadi. Mengapa Tuhan Yang Esa dalam pribadi Bapa, Anak dan Roh Kudus? Karena Allah Maha Kasih. Kasih hanya dapat ada, JIKA ada yang dikasihi dan ada yang mengasihi. Dalam kekekalan, Bapa mengasihi Anak dan Anak mengasihi Bapa. Jika tidak ada yang dikasihi maka tidak ada gunanya kasih. Kalau hanya ada satu saja seperti Allah SWT yang mutlak satu, lalu bagaimana kasih dapat diterapkan? Siapa yang Dia kasihi sebelum ada yang lain? Paling banter Allah SWT mengasihi diriNya sendiri, tapi apa mengasihi diri sendiri itu baik? Alkitab mencatat ada Bapa, Anak dan Roh Kudus. Karena Alkitab adalah satu-satunya Firman Tuhan, maka sumber informasi yang dapat dipercaya adalah Alkitab. Tuhan yang Esa memberitahu siapa diri-Nya HANYA melalui Alkitab. Di luar Alkitab, penjelasan tentang Tuhan yang Esa adalah salah dan menyesatkan. Alkitab berkata Tuhan itu Esa dalam pribadi Bapa, Anak dan Roh Kudus. 6. Istilah “Allah” dalam Iman Kristen dan Iman Islam. Persamaan kata “Allah” dalam Alkitab dan Al-quran. Kata “Allah” dalam Alkitab dipakai sebagai nama sesembahan. Nama sesembahan umum yang merujuk kepada pencipta langit dan bumi. Pencipta alam semesta ini disebut Allah. Dan selain nama Allah sebagai nama sesembahan, Kristen juga menggunakan kata “Tuhan” untuk dialamatkan kepada pencipta. Demikian juga dengan agama Islam. Agama Islam memakai kata “Tuhan” sebagai nama sesembahan, atau nama umum yang diberikan kepada Kristen dan Islam sama-sama menggunakan kata “Allah” untuk menyebut pencipta alam semesta. Perbedaan kata “Allah” dalam Alkitab dan Al-quran. Dalam Alkitab kata “Allah” tidak diikuti dengan singkatan “SWT”. Sementara dalam Al-quran kata “Allah” memakai “Subhanahu wa ta’ala singkatan” yang disingkat “SWT”. Di sepanjang Alkitab kita tidak menemukan kata “Allah SWT”, yang kita temukan hanya kata “Allah” saja. SWT singkatan dari Subhanahu wa ta’ala artinya “Mahasuci dan Mahatinggi”.Penyebutan kata “Allah” dilafalkan secara berbeda oleh orang Kristen dan orang Muslim. Orang Kristen di Indonesia dan Malaysia menyebutnya “Allah” dengan cara penyebutan biasa, sementara orang muslim menyebutnya “Aulloh”.Kristen menyebut kata “Allah” sebagai nama sesembahan umum. Dalam iman Kristen “Allah” bukan nama diri nama pribadi. Karena nama diri sesembahan umat Kristen adalah Yesus Kristus. Sementara nama diri sesembahan umat Islam disebut sebagai “Allah”.Islam hanya memiliki satu nama sesembahan umum yaitu “Tuhan”. Sementara Kristen memiliki dua nama sesembahan umum yaitu “Tuhan” dan “Allah”.Allah yang dirujuk oleh orang Kristen adalah Yesus Kristus, sementara Allah yang di rujuk oleh agama Islam adalah “Allah SWT”. Bagi kelompok Kristen yang menolak kata Allah karena kata itu katanya milik agama Islam mau tidak mau kita harus berkata mereka ini orang-orang yang buta sejarah. Karena sejarah mencatat sebelum kata “Allah” digunakan oleh orang Kristen dan orang Islam, kata “Allah” sudah ada dan digunakan sebagai nama pribadi sesembahan agama di Arab Saudi. Sebelum Muhammad membawa agama Islam ke tanah Arab pada abad ke 7, kata “Allah” itu sudah ada. Semua lulusan pesantren tahu fakta itu, tetapi umat muslim kebanyakan tidak mengetahui hal itu. Masalah umat muslim membuat singkatan SWT kepada nama Allah mereka, itu adalah urusan iman mereka. Atau apakah nama Allah yang mereka gunakan itu adalah ilham dari sesembahan mereka itu adalah soal yang berbeda. Tetapi fakta yang tidak dapat disangkal adalah kata “Allah” sudah ada dan digunakan JAUH sebelum Muhammad membawa agama Islam ke Mekkah. Kepustakaan AlkitabAl-quranTafsir al-Kabir/Mafatih al-GhaybHenry C. Thiessen, direvisi oleh Vernon D. Doerksen, Sistematik Teologi Gandum Mas, 2010.Norman Geisler, Sistematic Theology in one Volume Bethany House Publisher, 2011. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Salah satu pertanyaan mendasar yang tidak mudah dijawab oleh banyak orang adalah bagaimana membuktikan bahwa Tuhan itu ada? Pertanyaan ini tentu bisa dijawab dengan pelbagai cara dan argumentasi, tapi umumnya jawaban yang diberikan terlalu panjang alias bertele-tele yang terkadang alih-alih mencerahkan bahkan malah semakin itu mestinya jelas dan sejatinya tidak ada sesuatu yang lebih nyata dan gamblang daripada Tuhan. Sebab Tuhan adalah biangnya wujud dan tidak ada yang lebih jelas daripada wujud sehingga para filosof sepakat bahwa wujud itu tidak perlu defenisi lagi karena saking terang benderangnya dan saking berapa lama untuk membuktikan bahwa Tuhan ada? Saya cuma memerlukan 10 detik untuk membuktikan Tuhan ada. Bagaimana? Perhatikan argumentasi di bawah ini 1-Saya ada 2-Ada yang mengadakan saya3-Siapapun yang mengadakan saya itu namanya TuhanCatatan Saya ada tidak ada seorangpun yang meragukan keberadaan dirinya dalam penalaran deduktif disebut dengan premis mayor atau premis umum.Ada yang mengadakan saya kalau saya yang mengadakan diri saya sendiri maka saya kepingin lebih hebat dan sempurna daripada yang sekarang dalam penalaran deduktif disebut dengan premis minor atau premis khusus. Siapapun yang mengadakan saya itu namanya Tuhan adalah kesimpulan dari dua premis lain yang bisa digunakan untuk membuktikan eksistensi Tuhan adalah argumentasi keteraturan, yaitu1-Alam sungguh teratur sistematis 1 2 3 Lihat Filsafat Selengkapnya Kesalahan terutama pemahaman orang Kristen terhadap Trinitas adalah minimnya pemahaman hakikat Allah. Allah selalu dibayangkan dalam wujud tertentu. Hal ini akan membawa kita dalam memahami Allah dalam wujud fisik, bukan metafisika. Akibatnya pemahaman akan Allah hanya terbatas dalam ruang dan waktu. Dia adalah Pencipta ruang dan waktu, sehingga Dia tidak terbatas oleh ruang dan akan mulai membahas hakikat Allah dengan pertanyaan “Siapakah yang menciptakan Allah? ”Dari mana Allah ?Ketika ada yang bertanya, “siapa yang menciptakan Allah ?”Kita harus menjawab “Tidak ada yang menciptakan Allah.”Mereka berpikir “Tidak mungkin, seharusnya sesuatu ada akibat dari sesuatu yang terjadi sebelumnya. Kita menjadi ada karena pernah diciptakan. Allah juga harus ada karena pernah ada sesuatu yang membuat Dia ada.”Mereka menggunakan hukum rasio / sebab-akibat untuk bertanya tentang apakah / siapakah yang membuat Allah harus kembali bertanya “Kalau begitu, siapa / apa yang menciptakan hukum rasio / sebab-akibat ? Sejak kapan hukum sebab akibat itu ada ? Dan bagaimana bisa ada ? ”Mereka menjawab “Hmm.. mungkin itu ada dengan sendirinya tanpa diciptakan.”Kita harus menjelaskan “Berarti sangat mudah untuk memahami bahwa Allah sudah ada sejak semula tanpa diciptakan.”Bagi saya argumen yang salah jika menyatakan rasio tidak diciptakan. Sebab-akibat ada karena ada ruang dan waktu. Rasio menyatakan “Ada sesuatu berdasarkan ruang yang terjadi berdasarkan waktu.” Sedangkan ruang dan waktu itu pernah tidak ada, dan menjadi ada setelah diciptakan oleh Allah.”Grafik Dimensi dari Sebab-AkibatKita percaya Allah adalah Pencipta segalanya. Allah selalu ada, tidak pernah ada waktu dimana Allah tidak ada. Ada dua hal yang harus kita pahami di dalam hidup ini, yaitu tentang Pencipta dengan Hakikat / SubstansiSubstansi / esensi / hakikat / natur adalah sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri ada karena dirinya sendiri, dan tidak memerlukan hal lain untuk ada. Sebagai contoh unsur oksigen ada dengan sendirinya tidak memerlukan sesuatu lain di luar dirinya. Sedangkan air terdiri dari hidrogen dan oksigen, maka disebut gabungan / campuran dari dua natur. Begitu juga mengenai Allah, Allah adalah substansi sekaligus Pribadi. Bahasa asli dari esensi ini dalam mendefinisikan Allah adalah Ousia dalam bahasa Yunani atau dalam bahasa Arab yang digunakan orang Islam adalah Pencipta dan CiptaanPencipta adalah sesuatu yang menciptakan dan tidak diciptakan. Karena Pencipta tidak pernah diciptakan, maka tidak ada momen di mana Pencipta tidak ada. Pencipta selalu ada. Pencipta menciptakan sesuatu dari ketidakadaan menjadi ada. Bayangkan di mana segala sesuatu belum diciptakan, Allah sudah ada di dimensi tak terbatas, yang tidak bisa dilampaui oleh pikiran ada di Dimensi AllahPenciptaan adalah menciptakan sesuatu yang pernah tidak ada menjadi ada dengan 1 1 Pada mulanya Allah menciptakan ברא‬ — bara, menciptakan sesuatu dari ketiadaan langit dan 26 7Allah membentangkan utara di atas kekosongan תֹּהוּ — to hu, dan menggantungkan bumi pada kehampaan בְּלִי־מָה — beli mah, ketiadaan.Maka pada momen penciptaan, Allah menciptakan ciptaan dari ketidakadaan creatio ex nihiloAllah menciptakan dengan Firman-Nya. Dalam hal ini bukan berarti Firman Allah berubah menjadi ciptaan, tetapi ciptaan itu ada dari ketidakadaan dari Firman. Dalam penciptaan tidak dibutuhkan bahan baku yang berubah wujud, tetapi segala sesuatu menjadi ada dari ketidakadaan. . Ciptaan tidak berasal dari unsur Allah yang berubah menjadi sesuatu tetapi berasal dari ketidakadaan. Karena jika Firman berubah wujud menjadi ciptaan, maka ciptaan adalah Allah karena memiliki “hakikat Allah”, itu sama sekali salah !Firman membuat ciptaan menjadi ada dari ketiadaanCiptaan adalah sesuatu yang diciptakan. Ciptaan pernah tidak ada dan menjadi ada karena diciptakan dari ketidakadaan. Ciptaan tidak pernah bisa menciptakan. karena ciptaan tidak sanggup mengadakan sesuatu dari ?? Pakai perumpamaan singkat saja Hanya Allah yang sanggup menciptakan cabai dari ketidakadaan. Sedangkan ciptaan manusia, binatang, alam, dll tidak sanggup menciptakan cabai dari ketidakadaan. Tetapi ciptaan mampu merubah / mengonversi / menjadikan sesuatu yang ada menjadi sesuatu yang lain. Misal Cabai diolah oleh alam dari biji menjadi pohon cabai, pohon cabai bisa besar karena menyerap energi alam. Alam tidak bisa mengeluarkan cabai dari ketidakadaan, harus minimal ada biji cabai baru bisa muncul pohon cabai. Manusia juga tidak bisa menciptakan cabai, tetapi manusia bisa mengolah cabai menjadi sambal. Manusia tidak bisa mengadakan cabai dari ketidakadaan, harus minimal ada biji cabai yang semula diciptakan oleh St. Dionysius the Areopagite berkata mengenai Allah dan adalah sebab dan muasal dari segala sesuatu, esensi dari semua esensi, pemberi kehidupan bagi setiap yang hidup, alasan dari semua sebab-akibat, pemberi kecerdasan dari semua makhluk cerdas,…Perbandingan Natur Pencipta dengan CiptaanPada titik ini, kita bisa membandingkan bahwa jauh sekali antara Allah dengan ciptaan, yaituMelihat tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang memiliki sifat yang di kiri adalah Allah dan hanya Allah, sedangkan segala sesuatu yang di kanan adalah Ciptaan. Sebagai contohJika ada sesuatu yang pernah tidak ada menjadi ada, pastinya itu CiptaanJika ada sesuatu yang punya kuasa tidak terbatas, pastinya itu adalah sesuatu itu adalah Allah, maka Dia tidak bisa dibagi-bagi atau dipisahkan, dikalkulasikan. Pencipta juga tidak dapat membelah diri atau kehilangan apapun dari diri-Nya. Trinitas bukanlah pembagian Allah, atau Allah kurang lengkap sehingga sepertinya Allah adalah gabungan antara Bapa, Putera, dan Roh Kudus yang tidak sempurna menjadi sempurna. Seperti yang dikatakan dan direnungkan oleh St. John Damascus dalam bukunya The Fount of Knowledge The Exact Exposition of Orthodox Faith Book 1 Chapter XI,For when I think of one of the subsistences, I recognise it to he perfect God and perfect essence but when I combine and reckon the three together, I know one perfect God. For the Godhead is not compound but in three perfect subsistences, one perfect indivisible and InfinityMaka saya suka memakai perumpamaan filsafat mengenai infinity. Infinity bukan angka, bukan bilangan. Infinity sebenarnya adalah konsep filsafat untuk memahami sesuatu yang bersifat tak terbatas / tidak dapat dihitung atau dijangkau dengan pikiran manusia. Infinity tidak memiliki ujung angka negatif permulaan dan tidak memiliki ujung angka positif akhir. Kita tidak perlu menemukan awal dan akhir dari infinity, tetapi kita hanya perlu paham bahwa hakikat infinity adalah tidak berawal dan tidak tidak bisa dikalkulasikan. Sebagai contohberapakah hasil Infinity + 6 ??Jika Anda menjawab infinity maka jawaban tersebut kurang tepat tetapi tidak juga salah. Bagi sebagian matematikawan berkata bahwa infinity tidak bisa dikalkulasikan, hanya sebuah konsep filosofis saja. Andaikata ada suatu angka yang bernilai limit mendekati infinity, maka jawaban perhitungan ini adalah infinity. Tetapi kita bisa menganggap bahwa infinity tidak perlu ditambahkan apapun, karena dia sudah lengkap dan tidak memerlukan hasil infinity / 6 ??Jika Anda menjawab hasilnya adalaha 1/6 infinity maka Anda salah besar. Karena definisi infinity adalah tidak bisa dikalkulasikan. Infinity tidak bisa berkurang maupun juga mengenai Allah. Dalam konsep filsafat ini kita bisa mengenal bahwa Allah adalah tanpa batas, sehingga tidak mungkin mengalkulasikan Allah. Trinitas bukan berarti Allah terbagi menjadi tiga, atau tiga Allah yang bergabung menjadi satu Allah yang infinity. Trinitas bukanlah infinity + infinity +infinity karena Allah tidak memerlukan penjumlahan seakan-akan Dia the Godhead is not compound but in three perfect subsistences, one perfect indivisible and uncompound God. — St. John DamascusPenjelasan mengenai Pribadi Allah dalam Trinitas ini akan saya jabarkan di part Dimensi Allah dengan Dimensi KitaKita tak akan bisa memahami dimensi Allah, karena Allah ada di dimensi yang tak terbatas / infinity. Sebagai perumpamaan, kita harus mempelajari logika metafisika SemutBagaimana, sudahkah dimengerti?Umpama bagi semut yang tinggal hanya dua dimensi, ketiga ada makhluk tiga dimensi yang meletakkan permen dari sumbu Z, maka tiba-tiba akan muncul permen entah dari mana dari sudut pandang semut. Semut tidak bisa menoleh ke atas atau bawah, sehingga tidak bisa melihat tangan yang meletakkan permen dari sumbu Z atas / bawah.Demikian juga kita dalam memahami Allah. Adanya dimensi yang jauh lebih tinggi dari kita membuat kita tidak bisa memahami secara utuh pekerjaan Allah dan dimensinya. Kita hanya perlu percaya dengan apa yang Allah nyatakan di hidup kita, karena Allah yang kita sembah adalah Allah yang imanen, yaitu Allah yang menyatakan diri-Nya bagi ciptaan yang serba kita belajar mengenai hakikat Allah, maka kita akan belajar mengenai Allah yang Esa. Next move out to the next Topic → Memahami Allah yang Esa erickowijoyo/memahami-keesaan-allah-ef19d97f2e53. Mengapa aku bereaksi demikian? Mengapa aku seperti ini? Dapatkah aku berubah? Itu adalah pertanyaan yang terkadang kita tanyakan pada diri kita sendiri. Dan kala lain, kita juga mengajukan pertanyaan itu terkait orang lain mengapa orang itu seperti itu? Mari kita melihat lebih dalam pada pertanyaan ini untuk melihat tujuan kita untuk lebih menjadi seperti Yesus Kristus, membiarkan Dia untuk bertindak dalam hidup kita. Proses ini meliputi semua dimensi dari seseorang, yang dalam menjadi kudus, mempertahankan kemanusiaan yang asli sambil mengangkatnya selaras dengan panggilan Kristiani sungguh Allah dan sungguh manusia perfectus Deus, perfectus homo. Dalam Dia kita mengkontemplasikan manusia yang sejati. “Kristus Sang Penebus secara penuh membuka manusia terhadap dirinya sendiri. Bila kita boleh menggunakan ungkapan, ini adalah dimensi kemanusiaan dari misteri Penebusan. Di dalam dimensi ini, manusia menemukan kembali kebesaran, harga diri dan nilai yang terkandung dalam kemanusiannya.” [1]Kehidupan baru yang kita peroleh melalui Pembaptisan diperuntukkan untuk dibangun sampai kita semua mencapai kesatuan iman dan pemahaman akan Sang Putra Allah, untuk mematangkan kedewasaan, hingga ukuran dari keadaan kepenuhan dalam Kristus [2]. Unsur kekudusan, yang supernatural, sangat menentukan dalam kesucian pribadi, menyatukan dan menyelaraskan semua segi kemanusiaan. Tetapi janganlah kita melupakan bahwa terkandung di sini, sebagai sebuah hakekat dan unsur yang dibutuhkan, adalah kemanusiawian “Apabila kita menerima tanggung jawab untuk menjadi anak Tuhan, kita akan menyadari bahwa Tuhan menginginkan kita untuk menjadi sangat manusiawi. Kepala kita harus sungguh menyentuh surga, tetapi kaki kita seharusnya dengan kuat berdiri di atas tanah. Harga untuk hidup sebagai orang Kristen adalah tidak untuk berhenti menjadi manusia atau meninggalkan usaha untuk mendapatkan keutamaan yang orang miliki tanpa mengenal Kristus. Sebuah harga yang harus dibayar untuk setiap orang Kristen adalah Darah penebusan dari Tuhan kita dan Dia, saya bersikeras, ingin agar kita menjadi sangat manusiawi dan sangat suci, berjuang setiap hari untuk meneladani Dia yang sungguh Allah, perfectus Deus, perfectus homo.” [3]Tugas untuk membangun karakterTindakan rahmat dalam jiwa berjalan bersamaan dengan pertumbuhan kedewasaan manusia, dengan menyempurnakan karakter kita. Jadi sambil menanamkan nilai-nilai keutamaan supernatural, seorang Kristen yang mencari kekudusan akan berjuang untuk mencapai cara-cara bersikap dan berpikir yang mencerminkan seseorang sebagai seorang dewasa dan seimbang. Dia akan termotivasi tidak hanya dengan keinginan untuk kesempurnaan saja tetapi dengan keinginan untuk mencerminkan hidup Kristus. Demikian Santo Josemaria mendorong kita untuk memeriksa diri kita “Anakku, dimana orang menemukan di dalam dirimu Kristus yang mereka cari? Di dalam kesombonganmu? Di dalam keinginanmu untuk menunjukkan dirimu kepada yang lain? Di dalam kekurangan kecil yang tidak mau kau atasi? Di dalam sikap keras kepalamu? Apakah Kristus bisa ditemukan di sana? Tidak, Dia tidak ada!” Jawabannya memberikan kita petunjuk untuk upaya ini “Engkau perlu untuk memiliki kepribadianmu sendiri, setuju. Tetapi engkau harus mencoba membuatnya persis seperti Kristus.” [4]Kepribadian kita pertama kali dipengaruhi apa yang kita warisi, yang mulai diwujudkan sejak lahir, seringkali disebut sebagai watak. Juga dipengaruhi dari faktor-faktor yang terhubung dengan didikan kita, keputusan pribadi, hubungan dengan orang lain dan dengan Tuhan, dan masih banyak faktor lain, bahkan mungkin yang tidak sadari. Semua hal ini membawa berbagai macam tipe kepribadian atau karakter extrovert atau peragu, bersemangat atau pendiam, pemberani atau penakut , dan lain-lain, terlihat di dalam cara orang itu bekerja , atau berkomunikasi dengan orang lain, dari mempertimbangkan kejadian sehari-hari. Dasar-dasar ini mempengaruhi kehidupan moral setiap manusia, yaitu mendukung pengembangan nilai-nilai keutamaan tertentu, atau jika usaha untuk memperoleh hal itu kurang, tampak sebagai kekurangan-kekurangan. Sebagai contoh, kepribadian yang wirausaha dapat lebih mudah memperoleh keutamaan kerja keras hanya jika orang itu memiliki disiplin yang diperlukan untuk menghindari kekurangan berupa ketidakstabilan dan mengandalkan kepribadian kita dalam menuntun kita menuju kepada jalan kekudusan. Tingkah laku setiap orang bagaikan tanah yang subur yang butuh untuk diolah. Bila kita dengan sabar dan dengan suka cita menyingkirkan batu dan ilalang yang menghalangi tindakan dari rahmat, lahan itu akan menghasilkan buah, beberapa seratusan kali lipat, beberapa enam puluh, beberapa tiga puluh [5]. Semua pria dan wanita dapat menjadikan talenta yang diterima dari tangan Tuhan berbuah, apabila mereka menyediakan diri untuk diubah oleh tindakan dari Roh Kudus, menempa kepribadian yang mencerminkan wajah Kristus. Tetapi ini tidak berarti menghilangkan karakter individu seseorang. Santo Josemaria menekankan “Engkau harus berbeda dari satu dengan yang lainnya, seperti para Kudus di surga adalah berbeda, masing-masing memiliki kepribadian dan karakter masing-masing.” [6]Sambil kita perlu menguatkan dan memoles kepribadian agar terjaga pada jalan hidup Kristiani, kita tidak berusaha keras untuk menjadi seperti “superman.” Tetapi teladan kita selalu Yesus Kristus, yang memiliki sifat kemanusiaan seperti kita, tetapi sempurna dalam kewajaran dan ditinggikan oleh rahmat. Tentunya, kita juga memiliki contoh hidup yang mulia seperti Bunda kita dalam Maria kita melihat kepenuhan dari kemanusiaan dan kewajaran. Kerendahan hati dan kesederhanaan dari Maria yang termahsyur, kemungkinan yang paling di hargai dari kualitasnya dalam keseluruhan tradisi Kristiani, bersamaan dengan kedekatan dan kasih sayang yang lemah lembut kepada semua anak-anaknya, nilai keluhuran dari seorang ibu yang baik, adalah merupakan penegasan yang terbaik dari kesempurnaannya. Walaupun masih sebagai ciptaan kita dapat menyebut Maria “tidak ada yang lebih besar daripada engkau, selain Tuhan!” [7] Karena dia sepenuhnya manusia, dengan sifat kewanitaan yang mempesona Seorang wanita par excellence!Kedewasaan manusiawi dan supernaturalKata “kedewasaan” berarti menjadi matang, tumbuh sempurna, dan lebih lagi mengacu kepada kepenuhan makhluk. Oleh sebab itu, sudut pandang terbaik dapat ditemukan dalam kehidupan Tuhan kita. Merenungkan di dalam Kitab Suci bagaimana Kristus berhubungan dengan orang, ketabahan hati-Nya dalam penderitaan, keputusan-Nya dalam mengambil tugas yang di terima dari Sang Bapa – di sini kita menemukan kriteria dari saat yang bersamaan, iman kita menggabungkan semua nilai mulia yang ditemukan dalam kebudayaan yang berbeda. Jadi sangatlah berguna untuk mempertimbangkan kriteria tradisional dari kedewasaan manusia, sambil memurnikannya. Upaya ini telah dilakukan sepanjang sejarah dari spritualitas Kristiani, lebih kurangnya. Sebagai contohnya, masa klasik Greco-Roman, yang telah di-Kristenisasi oleh kebijaksanaan para Bapa Gereja, secara khusus menanamkan hikmat dan kebijaksanaan sebagai pokok dari kedewasaan manusia, dipahami dengan berbagai pengertian. Ahli filsafat dan teologi Kristen pada masa Gereja perdana memperkaya pandangan ini, menunjukkan keunggulan dari nilai luhur teologi, terutama kasih, yang mengikat semuanya menjadi satu dalam keselarasan sempurna, [8] sebagaimana yang dikatakan Santo Paulus, dan memberi bentuk pada semua hari dan masa kita sekarang, penelitian mengenai kedewasaan manusia telah dilengkapi dengan berbagai sudut pandang berbeda yang ditawarkan oleh ilmu modern. Temuan-temuan tersebut berguna sejauh dimulai dari pandangan pribadi manusia yang terbuka pada pesan Kristiani. Maka dari itu, beberapa cenderung membedakan tiga kunci dasar dari kedewasaan intelektual, emosional, dan sosial. Ciri penting dari kedewasaan intelektual meliputi konsep diri yang memadai dengan kedekatan hubungan antara bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri dan bagaimana realitas seseorang itu, dengan dasar yang kuat dari kejujuran terhadap diri sendiri; tujuan dan capaian yang didefinisikan dengan jelas, dengan cakrawala yang terbuka dan tidak terbatas; kumpulan nilai yang selaras; kepastian etik dan moral; suatu realisme sehat dalam hubungan dengan pribadi dan orang lain; kemampuan untuk analisis reflektif dan tenang terhadap permasalahan; kreativitas dan inisiatif; dan ciri dari kedewasaan emosional, tanpa bermaksud untuk berpanjanglebar, meliputi reaksi seimbang terhadap kejadian-kejadian dalam hidup, tanpa dilemahkan oleh kegagalan atau menjadi tidak realistis setelah keberhasilan; kapasitas untuk kontrol diri yang fleksibel dan membangun; kemampuan untuk mencintai dan memberikan diri dengan murah hati kepada sesama; kepercayaan diri dan keteguhan dalam membuat keputusan dan komitmen; ketenangan dan kemampuan untuk mengatasi tantangan dan kesulitan; optimisme, suka cita, keramahan dan rasa humor yang sebagai unsur-unsur dari kedewasaan sosial, kita temukan sebuah ketulusan kasih sayang kepada yang lain, menghormati hak mereka, dan mengupayakan pemenuhan kebutuhan mereka; menjadi pengertian pada saat menghadapi perbedaan pendapat, nilai, atau budaya, tanpa jatuh dalam prasangka negatif; kebebasan dan sikap kritis menghadapi budaya, tekanan kelompok, atau gaya yang dominan, kewajaran dalam sikap seseorang yang menuntun pada bersikap tidak melulu konvensionalis ikut arus; kemampuan untuk mendengarkan; kemampuan untuk bekerja dengan orang menuju kedewasaanKita dapat merangkum karakter ini dengan mengatakan bahwa orang yang dewasa dapat membangun proyek hidup yang mulia, jelas, dan masuk akal, dengan pandangan positif yang dibutuhkan untuk dapat melakukannya kapanpun. Dalam segala hal, kedewasaan adalah sebuah proses yang membutuhkan waktu, dan melewati berbagai kejadian dan tingkatan. Kedewasaan tumbuh secara bertahap, walaupun kejadian yang spesifik dalam kehidupan seseorang dapat membawa kemajuan yang pesat. Sebagai contohnya, kelahiran dari anak pertama adalah sebuah kejadian penting dimana dapat secara tiba-tiba menyadarkan orang pada kesadaran dari tanggung jawab yang baru atau. Atau mengalami kesulitan ekonomi serius dapat menghasilkan suatu evaluasi baru dari apa yang benar-benar penting dalam kehidupan dan rahmat untuk mengubah adalah factor signifikan dalam jalan menuju kedewasaan. Kita melihatnya lebih baik dalam Orang Kudus yang dikenal baik memiliki prinsip yang tinggi, pendirian yang kuat, kerendahan hati mereka konsep diri yang paling memadai, kreatifitas dan inisiatif mereka yang tidak terbatas, kapasitas mereka untuk berkorban dan kasih tercermin dalam perbuatan, optimisme mereka yang menular, keterbukaan mereka yang efektif dan universal, nyata dalam semangat kerasulan mereka. Sebuah contoh yang jelas adalah kehidupan dari Santo Josemaria, yang dari mudanya merasakan peran rahmat dalam memperkuat kepribadiannya. Sekalipun menghadapi banyak kesulitan, sewaktu masih cukup muda dia merasakan di dalam dirinya kedamaian hati yang luar biasa. “Aku percaya bahwa Tuhan telah memberikan di dalam jiwaku sebuah karakteristik kedamaian – sebuah kemampuan untuk merasakan damai dan memberikan damai – menilai dari apa yang aku telah lihat dari orang yang pernah aku temui atau bimbing.” [9] Sebuah kalimat dari Kitab Mazmur sangatlah sesuai berlaku untuk dia Super senes intellexi quia mandata tua quaesivi [10] Aku memiliki pengertian lebih daripada para tetua, karena aku telah memegang perintah-perintah-Mu. Tetapi semua ini sangatlah sesuai dengan realita dari kedewasaan yang biasanya diperoleh dari waktu ke waktu, melewati kegagalan dan keberhasilan yang adalah bagian dari tindakan dari Penyelenggaraan kepada rahmat dan waktuWalaupun seringkali terlihat jelas ketika seseorang telah mencapai tingkat tertentu dari kedewasaan hidup, tugas untuk untuk memperbaiki jalan hidup seseorang adalah tugas seumur hidup. Pengetahuan diri dan menerima karakter diri sendiri akan memberikan kita damai yang dibutuhkan agar tidak berkecil hati dalam berusaha. Ini tidak berarti menjadi puas dengan apa yang telah kita capai. Lebih kepada mengenali bahwa kekudusan heroik tidak perlu memiliki kepribadian yang sempurna atau menginginkan sebuah jalan hidup yang ideal. Kekudusan membutuhkan kesabaran dari pergumulan sehari hari, menyadari kesalahan kita, dan meminta pengampunan.“Kisah nyata dari kehidupan para pahlawan Kristiani menyerupai pengalaman diri kita sendiri mereka berjuang dan menang; mereka berjuang dan kalah. Lalu, dengan sikap tobat, mereka kembali menjadi tenang.” [11] Tuhan melihat upaya kita secara terus menerus sepanjang waktu untuk memoles cara hidup kita. Seperti ketika seseorang memberitahukan kepada pelayan Tuhan Dora del Hoyo menjelang akhir hidupnya “Dora, tidak ada seorangpun yang melihat kamu dan percaya apabila mereka melihat kamu seperti sekarang ini! Kamu seperti orang yang berbeda.” Dia tertawa, mengetahui dengan jelas apa yang aku maksudkan.” [12] Orang ini membantu Dora untuk mengenali bagaimana, dari tahun ke tahun, karakter dia telah mencapai tingkatan dari ketenangan hati yang membuat dia berbalik dari temperamen yang keras. Di dalam upaya ini kita selalu bergantung kepada bantuan dari Tuhan kita dan perhatian keibuan Maria “Bunda kita melakukan itu untuk kita. Maria membantu kita untuk bertumbuh secara manusiawi dan dalam iman, menjadi kuat dan tidak menyerah kepada pencobaan menjadi orang dan orang Kristen yang dangkal, tetapi untuk hidup bertanggung jawab, selalu meningkat menuju apa yang tertinggi.” [13]Dalam editorial selanjutnya, kita akan mempertimbangkan berbagai macam aspek dari pembangunan karakter, dan menunjukkan beberapa ciri kunci dari kedewasaan Kristiani. Kita akan mengkontemplasikan pada bangunan dimana Roh Kudus membangun dalam jiwa kita, dengan kerja sama aktif dari kita. Dan kita akan melihat pada berbagai karakteristik yang diperlukan dari pondasi untuk memastikan struktur yang kokoh, dan memperbaiki celah yang mungkin timbul. Sungguh tantangan yang menarik untuk menempa kepribadian yang mencerminkan wajah Kristus Yesus!Bapa Gereja Santo Agustinus mengatakan “selama kita hidup, kita berjuang. Dan selama kita berjuang, itu adalah tanda bahwa kita tidak terkalahkan dan Roh yang baik ada di dalam kita. Dan apabila kematian tidak menemukan engkau sebagai seorang pemenang. Dia akan menemukan engkau sebagai seorang pejuang.”[1] St Yohanes Paulus II, Ensiklik Redemptor hominis, 4 Maret 1979, 10.[2] Efesus 413.[3] Santo Josemaria, Friends of God, 75.[4] Santo Josemaria, The Forge, 468.[5] Matius 138.[6] Santo Josemaria, The Way, 947.[7] Santo Josemaria, The Way, 496.[8] Kolose 314.[9] Santo Josemaria, Intimate Notes, no. 1095, dikutip dalam Andrés Vázquez de Prada, The Founder of Opus Dei, vol. I, Scepter, New York 2001, p. 481.[10] Mazmur 118 Vulgata.[11] Santo Josemaria, Christ is Passing By, 76.[12] Recollections of Rosalia Lopez Martinez, Rome, 29 November 2006 AGP, DHA, T-1058, dikutip dalam Javier Medina. Dora del Hoyo, A Lighted Lamp. Scepter, London-New York 2014, p. 94.[13] Paus Fransiskus, Homily before the image of Sancta Maria Salus Populi Romani, 6 Mei 2013.

bukti tuhan itu ada menurut kristen